BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi Adzan
Dari segi bahasa, Adzan berarti
permakuman atau pemberitahuan. Dalam makna ini, firman Allah SWT :
Artinya: “dan inilah suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya”. (Q.S
At-Taubah : 3).
Menurut syari’at islam, adzan adalah
permakluman atau pemberitahuan tentang masuknya waktunya waktu sholat dengan
menggunakan lafadz-lafadz tertentu.
B. Sejarah
disyari’atkannya Adzan
Adzan pertama kali
disyari’atkan di Madinah pada tahun pertama hijriah, setelah pembangunan masjid
Nabi SAW. Sebab musabab disyari’atkannya azan adalah pada awalnya kaum muslimin
di Madinah mengetahui saat datangnya waktu sholat dengan ijtihad masing-masing,
lalu mereka berkumpul untuk melakukan shalat.
Selanjutnya, pada suatu
hari mereka mengadakan pertemuan bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk bermusyawarah
dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dari mereka mengenai cara yang efektif
dalam mengumpulkan umat guna melaksanakan sholat berjama’ah.
Sebagian sahabat
mengusulkan dengan menggunakan lonceng, namun Rasulullah SAW, tidak setuju
karena dianggap menyerupai tradisi kaum Nasrani. Sebagian sahabat yang lain
mengusulkan terompet, namun Rasulullah SAW, juga tidak menyetujuinya karena
menyerupai tradisi kaum yahudi. Sebagian yang lain mengusulkan menggunakan api,
namun Rasulullah SAW, tidak setuju karena ia dianggap menyerupai tradisi kaum
majusi.
Lalu Umar bin khatab
mengusulkan penggunaan suara manusia yang mengumandakan panggilan sholat, dan
usulan ini yang disetujui oleh Rasulullah SAW.
Selanjutnya Rasulullah
SAW, menyuruh bilal mengumandangkan adzan tersebut karena suara nya yang merdu
dan indah. Dan bilal pun menyeru manusia agar mengerjakan shalat dengan
suaranya yang merdu dan indah (Namun lafadz nya tidak seperti adzan yang
dikenal belakangan ini).
C. Hikmah
Disyariatkannya adzan
1. Penyebaran
syi’ar islam
2. Pengumandangan
kalimat tauhid
3. Pemberitahuan
datangnya waktu shalat dan penjelasan tentang maknanya
4. Do’a
kepada jama’ah atau umat islam.
Al-Qadhi iyadh berkata, “
Ketahuilah, dalam lafadz adzan terkandung makna akidah keimanan, Artinya, di dalamnya
ada makna yang diwahyukan dan bisa dicerna oleh akal fikiran. Awal lafadznya
adalah penegasan akan zat Allah dan hak-hak-Nya sebagai zat yang Maha Besar,
tidak ada yang bisa menyerupai-Nya. Dalam kalimat Allahu Akhbar (Allah Maha
Besar), meski ringan dan sederhana secara tekstual, namun maknanya sangat luas
dan dalam”.
“Selanjutnya, kalimat Asyhadu Alla
Ilaha Illa Allah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah) merupakan
pengakuan akan keesaan Allah dan penolakan akan segala penuhanan kepada selain
diri-Nya, hal tersebut adalah pondasi keimanan dan ketauhidan yang paling utama
dibandingkan pondasi-pondasi lainnya”.
“Setelah kalimat-kalimat tauhid
yang mengandung keyakinan terhadap sifat-sifat yang wajib, yang mustahil, dan
yang jaiz. Maka dikumandangkanlah ajakan-ajakan untuk melakukan sholat. Ajakan
shalat menempati urutan setelah pengakuan terhadap kanabian, karena
pensyariatannya datang melalui Nabi Muhammad SAW., dan bukan dari hasil ijtihat
manusia”.
“Selanjutnya adalah ajakan mencari
kemenangan, Hayya alal falah (marilah menuju kemenangan), yaitu kesuksesan dan
kelanggengan dalam meraih kenikmatan yang hakiki. Yang demikian sekaligus
adalah pengakuan akan Hari Kebangkitan dan Hari Pembalasan. Dan itu adalah pancake
dari pengejawentahan akidah islam”.
“Selanjutnya diikuti dengan
pengulangan ajakan Shalat yang merupakan penegasan akan bukti adanya keimanan.
Pengulangan dalam penyebutannya dengan hati dan lisan bertujuan mempertegas dan
meyakinkan kepada mereka yang hendak shalat, dan agar mereka merasakan bahwa
apa yang sedang mereka kerjakan adalah sesuatu yang mulia dan akan mendapatkan
pahala yang agung”.
Iman Nawawi berkomentar, “ Ini
merupakan ungkapan terakhir dari Al-Qadhi Iyadh dan merupakan kata-kata yang
sangat berharga”.
A. Keutamaan Adzan
Riwayat Muawiyah ra, bahwa
Rasulullah SAW. Bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya para muadzin adalah orang yang paling ‘Panjang Lehernya’
kelak pada Hari Kiamat”.
Ada beberapa penafsiran para ulama
mengenai makna ‘panjang leher’ dalam hadits di atas. Diantaranya adalah orang
yang paling banyak pahalanya, atau orang yang paling banyak mengharapkan
ampunan dari Allah dan paling bagus balasan amalnya, atau orang yang
paling dekat dengan Allah SWT.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW,
bersabda:
Artinya: “Orang yang adzan akan diampuni kesalahannya oleh Allah SWT. Sepanjang
suaranya. Dan akan menjadi saksi baginya
segala apa yang dibumi, baik yang kering maupun yang basah. Dan orang yang
menjadi saksi shalat akan dicatat baginya pahala dua puluh lima shalat, dan
akan diampuni darinya dosa-dosa antara keduanya”.
Al-Khattabi berkata, “Ungkapan
tersebut bermakna metaforis yang maksudnya bahwa seandainya sepanjang suara
yang ia keluarkan itu dipenuhi dengan dosa, makna niscaya dosa itu akan diampuni”.
B.
Defenisi
Iqamat
Iqamat dilakukan
beberapa saat setelah seesai adzan, dan setelah semua orang berkumpul saf untuk
melakukan shalat berjamaah.
C. Tata Cara Iqamat
yang paling utama (Rajih) dan
memiliki dalil paling kuat addalah dengan mengucapkan: Allahu Akhbar, Allahu
Akhbar, Asyhadu anla illa Allah, Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Hayya alas
solat, Hayya alal falah, Qod qamatis salat, Qod qamatis salat, Allahu Akhbar,
Allahu Akhbar, La Ilaha illa Allah. Demikian yang disepakati para ulama hadits.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat
diambil kesimpulan yaitu
B. Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang
bagaimana proses perkembangan social anak dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat umumnya.
Dalam
pembuatan makalah ini juga tentu masih banyak kekurangan-kekurangan, oleh
karena itu, penulismengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk
kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar