DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG........................................................................
2
1.2 RUMUSAN
MASALAH................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TARBIYAH, TA’DIB,
TA’LIM............................................. 3
2.3 ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA
KONSEP TARBIYAH, TA’LIM DAN TA’DIB..........................................................................................................
7
2.4 PRINSIP TARBIYAH, TA’LIM DAN
TA’DIB................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 PENUTUP DAN SARAN...............................................................10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun
sebuah peradaban, khususnya peradaban yang islami, bahkan ayat pertama
diturunkan oleh Allah sangat berhbungan dengan pendidikan. Proses dakwah
rasulullahpun dalam menyebarkan islam dan membangun peradaban tidak lepas dari
pendidikan Rasul terhadap para sahabat. Dimulai dari sebuah rumah kecil “darul
arqam” sampai membentang ke sebran benua. Diawali beberapa sahabat sampai
tersebar ke jutaan manusia di penjuru duniaa. Sebuah peroses yang pernah
menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat islam,Madinah Al
Munawarah.
Namun, konsep atau
teori pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi para pakar atau
ilmuwan. Peran pendidikan yang semakin disadaripentingnya dalam melahirkan
sebuah generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar. Apabila
kita menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori pendidikan,
maka diadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang bersifat
metafisis dlam alqur’an dan sunnah.
Metode ilmiah dalam
membangun sebuah teori harus dapat diamati oleh panca indera.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Tarbiyah, Ta’dib, dan Ta’lim
2.
Bagaiimana analisis perbandingan antara konsep ta’lim, ta’dib dan
darbiyah
3.
Apa saja konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’lim
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengrtian Tarbiyah, Ta’dib, dan Ta’lim
1.
Tarbiyah
Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya ( rabbayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung,
memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan
menjinakkan. Istilah tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan, yaitu kognitif
(cipta), efektif (rasa) dan psikomotorik (karsa) dan dua aspek pendidikan yaitu
jasmani dan rohani.
Tarbiyah juga dapat diartikan dengan
“proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta
didik,agar ia memiiki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan
menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan
kepribadian yang luhur.” Sebagai peroses, tarbiyah menuntut adanya penjenjangan
dalam transformasi ilmu pengetarhuan, mulai dari pengetahuan yang dasar menuju
pada pengetahuan yang sulit.
Dalam mu’jam bahasa arab, kata al-tarbiyah memeliki tiga akar kebahasaan,
yaitu
a.
Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna “tambah” (zad)
dan “ berkembang” (nama). Pengertian
ini juga di dasarkan QS.Ar-rum ayat 39: “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sis allah. “artinya, pendidikan (tarbiyah)
merupakan peroses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta
didik, baik secara fisik,psikis,sosial, maupun spiritual.
b.
Rabba, yurbi, tarbiyah : yang bermakna “ tumbuh” (nasya’a).
Artinya, pendidikan (tarbiyah)
merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara
fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
c.
Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha) menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian
maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan, peserta
didik, agar ia dapat survive lebih
baik dalah kehidupannya.
Dalam pengertian tarbiyah ini,
terdapat lima kata kunci yang dapat dianalisis:
a. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidik dipandang sebagai
usaha menyampaikan, pemindahan, dan trasformasi dari orang yang tahu (pendidik)
pada orang yang tidak tahu (peserta didik) dan dari orang dewasa kepada orang
yang belum dewasa.
b. Sesuatu (al-syay). Adalah kebudayaan, baik
material maupun nonmaterial (ilmu pengetahuan, seni, estetik, etika, dll) yang
harus diketahui dan diinternalisasikan oleh peserta didik.
c. Sampai batas
kesempurnaan (ila kamalihi).
Maksudnya adalah bahwa proses pendidikan itu berlangsung terus-menerus anpa
henti, sehingga peserta didik memperoleh kesempurnaan baik dalam pembentukan
karakter dengan nila-nilai tertentu maupun memiliki kompetensi tertentu dengan
ilmu pengetahuan.
d. Tahap demi
tahap (syay fa syay). Maksudnya,
transformasi ilmu pengetahuan dan nilai dilakukan dengan berjenjang menurut
tingkat kedewasaan peserta didik, baik secara biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual.
e. Sebatas pada
kesanggupannya (bi hasbi isti’dadihi).
Maksudnya, dalam peroses taransformasi pengetahuan dan nilai itu harus
mengetahui tingkat peserta didik, baik dari sisi usia, kondisi fisik, psikis,
sosial, ekonomi, dan sebagainya, agar dalam tarbiyah itu ia tidak mengalami
kesulitan.
Mushthafa al-Maraghi membagi aktivitas al-tarbiyah dengan dua macam: (1) tarbiyah khalqiyyah, yaitu pendidikan
yang terkait dengan pertumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan sebagai
sarana dalam pengembangan rohaninya. (2) tarbiyah
diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pembinaan dan
pengembangan akhlak dan agama manusia, untuk kelestarian rohaninya. Pemetaan
dalam pengertian tarbiyah ini
menunjukkan bahwa pendidiakn islam tidak sekedar menitikberatkan pada kebutuhan
jasmani, tetapi diperlukan juga pengembangan kebutuhan psikis, sosial, etika,
dan agama untuk kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Hal itu mengandung
arti bahwa pengembangan kreatifitas peserta didik tidak boleh bertentangan
dengan etika ilahiyah yang telah
ditetapkan dalam kitab suci.[1]
Dalam klasifikasi yang berbeda, ismail
haqi al-barusawi membagi tarbiyah pada aspek sasarannya: (1) kepada manusia,
sebagai makhluk yang memiliki potensi rohani, maka tarbiyah diartikan dengan
peroses pemberian nafsu dengan berbagai kenikmatan,pemeliharaan hati nurani
dengan berbagai kasih sayang, bimbingan jiwa dengan hukum-hukum syari’ah,
pengarahan hati nurani dengan berbagai etika kehidupan, dan penerangan rahasia
hati dengan hakikat pelita. (2) kepada alam semesta, yang tidak memiliki potensi
rohani, maka tarbiyah diartikan dengan pemeliharaan dan pemenuhan segala yang
di butuhkan serta menjaga sebab-sebab yang menjadikan eksistensinya.
2.
Ta’lim
Sebagian para ahli menerjemahkan istilah
ta’lim sebagai pengajaran. Kalimat al-ilm
memiliki arti mengajarkan ilmu kepadanya.
Muhammad Rsyid Ridha mengartikan ta’lim dengan: “ peroses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.” Peroses transmisi itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi
Adam menyaksikan dan menganalisis asma (nama-nama) yang diajarkan oleh Allah
kepadanya.
Dalam Qs. Al-baqarah ayat 151
disebutkan: “Dan mengajarkannya (yu’allim) kepadamu al-kitab dan al-hikmah
(as-sunnah), serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.” Ayat ini menunjukkan perintah Allah
SWT. Kepada rasul-Nya untuk mengajarkan (ta’lim) al-kitab dan as-sunnah kepada
umatnya.
Menurut M. Nasir Budiman, Ta’lim
merupakan suatu peroses yang terus menerus di usahakan manusia semenjak
dilahirkan, sebab manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun. Jadi ta’lim digunakan untuk menanamkan sesuatu cara berulang-ulang dan
berangsur-angsur sampai membekas didalam diri anak didik, atau menanamkan ilmu
dalam artian yang sangat luas.
3.
Ta’dib
Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba yuadibbu ta’diiban yang mempunyai
arti antara lain: melatih akhlak yang baik, sopan santun dan tata cara
pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata adabba
yang merupakan asal kata dari ta’dib,
juga merupakan persamaan kata (muradif)
allama yuallimu ta’liman. Muaddib yaitu
seseorang yang melaksanakan kerja ta’dib disebut
juga muallim, yang merupakan sebutan
orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Ta’dib lazimnya diterjemahkan
dengan pendidikan sopan santun, tata karma, adab budi pekerti, akhlak, moral,
dan etika.
Ta’dib Berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan kekuatan dan
keagungan membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan pengagungan
tuhan. Pengertian ini didasarkan dari hadis Nabi SAW:
“tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan
baik pendidikanku”
Hadis ini memberi asumsi bahwa
kopetensi muhammad sebagai seorang rasul dan misi utamanya adalah pembinaan
akhlak.
Ta’dib, sebagai
upaya dalam pembentukan aadab (tata krama), terbagi atas empat macam (1) ta’dib adab al-haqq, pendidikan tata
krama spiritual
dalam kebenaran, yang memerlukan kebenaran, yang didalamnya segala yang ada
memiliki kebenaran tersendiri dan yang dengannya segala sesuatu diciptakan. (2)
ta’dib adab al-khidmah, pendidikan
tata krama spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia harus
mengabdi kepada sang raja (malik) dengan menempuh tata krama yang pantas, (3) ta’dib adab al-syari’a, pendidikan tata
krama spiritual dalam syari’ah, yang tata cara nya telah digariskan oleh tuhan
melalui wahyu. Segala pemenuhan syari’ah Tuhan akan berimplikasi pada tata
krama yang mulia, (4) ta’dib adab
al-shuhbah, pendidikan tata krama spiritual dalam persahabatan, berupa
saling menghormati dan prilaku mulia di antara manusia.[2]
2.2
Analisis Perbandingan Antara Konsep Ta’lim, Ta’dib, dan Tarbiyah
Istilah Ta’lim, Trabiyah, dan Ta’dib setelah dijelaskan dapatlah
diambil suatu analisa.
Dalam ta’lim titik tkannya adalah pada penyampaian ilmu pengetahuan
benar, pemahaman, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena
itu ta’lim disini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman dan perilaku yang baik.
Sedangkan pada
tarbiyah, titik tekannya adalah difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya
(punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara
sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam dirii manusia dan pemupukan akhlak
yakni pengamalan ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik
tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar
menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Dengan pemaparan
ketiga konsep di atas, maka terlihatlah bahwa konsep Ta’lim, Tarbiyah, dan
Ta’dib dapat digunakan secara bersama-sama untuk pendidikan islam. Hanya saja
peroses ta’lim lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya dibandingkan
dengan peroses tarbiyah yakni mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, orang
dewasa. Sedangkan tarbiyah itu khusus pendidikan dan pengajaran fase bayi dan
anak-anak. Penonjolan kualitatif pada konsep tarbiyah adalah rahmah (kasih
sayang) dan bukannya ilmu (pengetahuan). Sementara dalam peroses ta’dib
pengetahuan lebih diutamakan dari pada kasih sayang. Oleh karena itu mua’lim
dan mua’ddib adalah orang yang mendidik, mengajar anak-anak yang sedang tumbuh
dan berkembang.[3]
2.3
Prinsip Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib
1.
Ta’lim
a.
Pengamalan ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
b.
Kemauan untuk mengetahui.
c.
Menimba pengetahuan.
d.
Keterampilan yang dibutuhkan.
e.
Mencari pedoman prilaku yang baik.
2.
Ta’dib
a.
Penguasaan ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak.
b.
Kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
c.
Pengetahuan (unsur-unsur ilmu).
d.
Instruksi (ta,lim)
e.
Pembinaan yang berpola secara terus menerus (tarbiyah)
3.
Tarbiyah
a.
Bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh
kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna.
b.
Memelihara dan mendidik
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Penggunaan istilah dalam pendidikan
berdasarkan Al Qura’an dan As Sunnah yang tepat akan menjadi sangat penting,
karena akan memengaruhi konsep pendidikan khusus nya pendidikan dalam
pengertian islam. Pengertian pendidikan akan mendasari tujuan, metode sampai
pada kurikulum pendidikan itu sendiri.
Tarbiyah, ta’lim dan ta’dib memiliki
erat langsung dengan pendidikan itu sendiri. Proses pengembangan diri dan
pengajaran adalah bagian penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan manusia
sebagai hamba Allah.
3.2
Saran
Dalam suatu pendidikan islam peserta didik
harus mampu mengembangkan kemampuannya dalam ranah kognitif, efektif dan
psikomotorik dan harus adanya keseimbangan antara ketiga rana tersebut, agar
terwujudnya sosok pribadi yang bertaqwa dan berakal shaleh dan agar menjalani
insan kamil.
CATATAN KAKI
bagus.. sangat membantu untuk nambah referensi
BalasHapusterima kasih..buat referensi makalah
BalasHapus